Sebuah gua yang terbentuk berkat kejadian alam di salah satu lokasi di Kalimantan Timur ini sungguh mempesona sekali. Kami menelusuri gua sungai ini dengan seksama dan untuk kepentingan penelitian dan tentunya bersama para profesional.
Abah Didi, biasa saya memanggilnya, pemimpin redaksi majalah National Geographic Indonesia, menepuk bahu saya seraya memberi tanda pada saya yang tertegun takjub menengok tingginya atap gua untuk lanjut berjalan menuju lorong berikutnya.
Tentunya dengan memenuhi standar protokol memasuki gua nan melengkapi prosedur CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environment) tepat pukul 11:00WITA kami memasuki Gua Sungai.
Gua Sungai ini tak hanya membuat saya saja yang tertegun karena kemegahannya, namun seluruh personil tim kegiatan luar ruang wisata minat khusus kawasan Sangkulirang-Mangkalihat ini juga berhasil dibuatnya terpana.
Dipimpin oleh DR. Pindi Setiawan, peneliti gambar cadas, yang didampingi oleh Nek Tewet, seorang juru pelihara senior, kami menyusuri lorong-lorong gua yang membawa kami menuju aula gua yang luasnya seperti lapangan sepakbola. Di lorong dalam gua yang berlokasi di daerah aliran Sungai Marang ini kami menjumpai Speleo Temp, kumpulan berbagai ornamen yang terbentuk dari pelarutan dan pengendapan karst. Terdapat pula barisan stalakmit stalaktit, baik yang sudah menyatu ataupun belum dan sudah terpisah.
Menariknya, selain megah dan besar, didalam gua yang memiliki sistem lorong sepanjang 2 KM ini, kami melewati lorong sepanjang 500 meter yang terdapat flow stone, batuan yang bentuknya seperti air terjun dan ruangan yang penuh dengan gourdam atau petak semacam kolam yang juga terdapat satwa gua yakni jangkrik buta & lele gua, ketika menyisir menuju ujung gua.
Hingga di suatu momen kami mendapati sejatinya kegelapan abadi dalam gua, ketika DR.Pindi meminta kami berkumpul, duduk tenang dan mematikan seluruh headlamp yang menempel di helm keselamatan kami. Bahkan melihat tangan sendiri tak bisa. Gelap. Pekat. Yang terasa hanya hawa sejuk dan suara tetes air. Hening. Tenang. Untung saja di momen itu tak ada personil tim yang kelepasan kentut membuang gas metan sulfur.